Menilik Tren Terbaru Influencer Marketing & Prediksi Tren Untuk Tahun 2024

tren influencer marketing

Sumber gambar: Freepik

Industri digital marketing mengalami pertumbuhan pesat mulai tahun 2000 hingga 2009. Hal itu ditandai dengan maraknya situs e-commerce, dan munculnya media sosial. Pertumbuhan itu memicu pertumbuhan komunikasi dua arah antara konsumen dan penjual. Selain itu, di masa-masa tersebut peran mesin pencari juga semakin terasa.

Sebagai salah satu metode digital marketing, influencer marketing merupakan aspek yang sangat efektif karena pertumbuhan media sosial dan perkembangan search engine. Hal tersebut memicu perubahan yang signifikan dalam industri digital marketing.

Menilik dari fenomena tersebut, apa sih tren influencer marketing di tahun 2023, dan tren apa yang akan datang di tahun 2024?

Melalui artikel ini, kami akan menjelaskan tren influencer marketing yang sedang happening di tahun ini, dan kemudian juga akan ada prediksi mengenai kemungkinan tren di tahun depan, dan seterusnya.

Apa Tren Influencer Marketing Tahun 2023?

1. Fokus pada Followers yang Loyal

Semakin dekat followers dengan influencer, maka semakin besar kemungkinan terjadi closing atau pembelian. 

Oleh karena itu, kualitas followers sejak dahulu sudah dianggap sebagai faktor penting. Untuk tahun ini, tantangannya adalah mengenai cara mengukur potensi yang dimiliki followers dengan akurat.

fans funnel dalam influencer marketing

Pada gambar di atas kalian bisa melihat antara followers dan seorang penggemar berat sama-sama memiliki pengaruh yang positif untuk influencer. Dua faktor tersebut memiliki potensi besar untuk mengarah pada pembelian.

Influencer dengan banyak followers dan penggemar berat adalah influencer yang kontennya disukai dan diminati.

Hal tersebut bagus untuk sebuah strategi marketing, karena Instagram memiliki algoritma yang akan mengangkat unggahan seseorang yang dapat bermanfaat bagi followers-nya.

Dengan kata lain, secara umum, akun-akun yang mengunggah konten berkualitas bagi followers adalah akun yang akan menonjol.

Untuk informasi bagaimana cara memilih influencer, 

BACA JUGA : Tips memilih KOL untuk Endorsement Produk

2. Fokus Pada Jumlah Save

Biasanya, jumlah likes dan komentar merupakan parameter utama engagement rate atau keterlibatan followers dengan influencer.

Tapi harus diketahui likes tidak benar-benar bisa mengukur minat followers terhadap influencer. Banyak akun yang menekan likes entah dia tertarik atau tidak.

Instagram melakukan perubahan pada 2019 dengan menyediakan fitur untuk menyembunyikan likes. Kebijakan tersebut dilakukan karena semakin banyak akun yang hanya mengincar likes. Selain itu, kebijakan mengadakan fitur untuk menyembunyikan likes dilakukan agar ada peningkatan dalam hal komunikasi atau chat, dan agar adanya peningkatan kualitas foto dan video.

Efek dari semua itu adalah terjadinya perubahan pergerakan dari agensi digital dalam menyediakan influencer marketing.

Sumber gambar: Slice homepage

Mulai tahun 2023, influencer marketing platform yang disediakan oleh Slice telah menambahkan fitur untuk mengetahui jumlah save dalam sebuah unggahan Instagram. Menurut perusahaan tersebut, penggemar berat cenderung menyimpan unggahan daripada hanya menekan likes.

Melalui perubahan tersebut, teknik menentukan kualitas followers melalui likes dan komentar akan berubah di tahun 2024.

3. Konten Video & Live Streaming

Di antara format influencer marketing, Live Streaming biasanya lebih panjang dan lebih bisa menarik perhatian. Video akan menyampaikan pesan secara lebih mendetail dan mendalam.

Melalui live streaming diharapkan ada peningkatan penjualan produk. Salah satu contohnya adalah Ci Mehong (@pikbakinghouse), seorang influencer Instagram dengan lebih dari 300 ribu followers. Ci Mehong seringkali membuat live stream jualan barang - barang endorse dari berbagai brand. Uniknya, Ci Mehong menjual barang - barang tersebut lebih mahal dari harga pasaran. Ajaibnya lagi, meski begitu dagangannya selalu laris manis. Keunikan lainnya adalah cara Ci Mehong mempromosikan barangnya dengan review yang jujur nan jenaka, membuat sesi Live nya begitu ditunggu banyak orang.

Unggahan stories biasa dari influencer memiliki kelemahan. Karena tidak semua followers melihat stories. Mereka cenderung melihat stories milik kenalan atau teman mereka untuk sekedar mengetahui kabar. Adapula kebanyakan stories dari influencer atau selebriti berada di sisi kanan, para followers.

Beda cerita dengan live streaming. Ikon live streaming akan muncul di sisi paling kiri stories. Hal itu membuka peluang lebih besar untuk ditonton oleh lebih banyak followers.

Oleh karena itu, kecenderungan untuk closing atau pembelian melalui live streaming diprediksi akan meningkat bagi perusahaan atau brand yang melakukan promosi melalui live streaming.

4. Lebih Fokus Pada UGC (User Generated Content)

UGC adalah konten organic yang dibuat sang influencer. Untuk meningkatkan minat followers pada postingan mereka, serta meningkatkan potensi pembelian.

Postingan bersponsor memang bertujuan untuk meningkatkan jumlah pencarian, namun hanya sebatas pada unggahan yang diiklankan. Berbeda dengan UGC yang mampu meningkatkan pencarian lebih mendalam sehingga brand bisa lebih dipercaya followers.

Salah satu contohnya, campaign yang dibuat Unilever Indonesia pada akun resmi Instagram mereka. Cara yang dilakukan adalah dengan menggaet influencer untuk bergabung pada campaign “Every U Does Good”. Pada campaign ini, influencer mengunggah foto maupun video yang menampilkan produk Unilever, kemudian mengedukasi audiens-nya bahwa mengkonsumsi produk Unilever dapat memberikan kebaikan dengan berbagai cara. Foto atau video tersebut-pun dibarengi dengan hashtag #setiapuberikebaikan. 

contoh-ugc-content-unilever

Sumber gambar: Instagram

Secara logika, unggahan produk Unilever akan membuat user IG lainnya untuk membuat unggahan serupa. Beberapa unggahan juga bisa di-repost di akun Unilever Indonesia. Hal tersebut juga akan berdampak positif bagi akun penyedia kebutuhan sehari - hari bertaraf internasional tersebut.

Campaign Unilever ini dimulai oleh influencer - influencer hits, seperti Dian Sastro, Jerome Polin, dan Refal hady, dengan mengunggah foto bertagar #setiapuberikebaikan. Kemudian unggahan itupun viral.

Tren tersebut memulai kebiasaan mengenai penggunaan produk dengan tidak hanya memakainya, namun juga mengunggah di media sosial. Pemasaran seperti ini bisa meningkatkan brand awareness secara lebih efektif.

Agar UGC bisa dimaksimalkan, diperlukan kemitraan yang organik dan natural antara akun brand dengan influencer.

Sekarang ini belum ada metodologi khusus untuk menentukan apakah UGC dapat diproduksi secara memadai. Meski demikian, berbagai praktisi sedang meneliti hal tersebut demi pengembangan kedepannya.

Prediksi Tren Influencer Marketing Untuk Tahun Depan

Dari database Slice, influencer marketing yang efektif mulai lebih berfokus pada konten yang memaksimalkan nilai untuk pelanggan (maximizing value for users). Hal tersebut bertujuan untuk memuaskan dahaga masyarakat modern akan barang yang bermanfaat (desire for value). 

Berikut adalah prediksi perubahan tren influencer marketing dari kami;

1. Fokus Pada Value Sang Influencer

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, kekuatan influencer selalu lebih mudah mendapatkan rasa percaya dan bisa lebih mudah menyebar dibandingkan dari media lain.  Kepercayaan ini tentunya diharapkan terus bisa dan selalu ada.

Sebuah data dari Influencer Marketing Hub mengungkap bahwa 67% brand berupaya untuk meningkatkan budget untuk influencer marketing di tahun 2023. Dengan begitu influencer campaign pun juga semakin banyak.

Pertumbuhan serupa diperkirakan juga masih akan terjadi di tahun 2024. Hanya saja, nantinya akan muncul kejenuhan apabila iklan dan kampanye yang muncul hanya mengedepankan kreativitas saja. Hal itu tidak akan membuat seorang influencer berbeda dari influencer lain.

Untuk mengatasi hal tersebut, selain kreativitas, diperlukan juga tambahan nilai-nilai yang bisa membuat seorang influencer lebih diminati dan didukung oleh followers.

2. Branding = Promosi Postingan Organik

Saat ini ada disonansi dengan branding influencer.

Kalau Anda melakukan influencer marketing berkali-kali, maka followers juga akan terlalu banyak mendapatkan konten komersial. Hal itu bisa memberi citra buruk bagi Influencer.

Karena alasan tersebut, semakin banyak influencer yang tidak mengerjakan influencer marketing mereka sendiri. Hal tersebut sejalan dengan rumus, ‘melaksanakan influencer marketing= merusak branding influencer’.

Model unggahan yang penting dan esensial dan tidak merusak branding adalah membuat influencer mengunggah apa yang menurut mereka baik.

Dengan begitu, kalian bisa mempromosikan produk yang menurut influencer benar-benar bagus = produk bagus. Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan followers terhadap influencer.

Sebagai informasi, algoritma Instagram sudah dirancang untuk lebih menguntungkan konsumen. Sehingga influencer marketing akan didorong untuk selalu membuat unggahan yang organik, autentik, dan berkualitas.

3. Membangun Kontrak Jangka Panjang Untuk Influencer

Influencer marketing tidak akan berhasil pada percobaan pertama. Followers bisa saja mengalami kesulitan untuk mengambil nilai dari sebuah produk.

Seorang konsultan digital marketing, Manu Murano, pernah mengungkapkan satu hal terkait konten Instagram. Menurut Maru, setidaknya dibutuhkan enam hingga delapan kali konten dari influencer sehingga memicu reaksi dari followers.

Di sisi lain, influencer tidak akan mengembangkan interaksi dengan sebuah produk apabila brand hanya menghubungi sekali saja dan tidak ada komunikasi lanjutan.

Maka dari itu, ke depannya, seharusnya ada upaya yang jelas dan fokus demi membangun hubungan yang sehat dengan influencer dalam jangka panjang. Selain jangka waktu kemitraan dengan influencer yang harus dibenahi, ada juga kecenderungan pengiklan yang mendikte influencer. Hal tersebut seharusnya diubah. 

Contoh nyatanya terjadi pada perusahaan penjual tiker bernama SeatGeek. Awalnya mereka bekerja sama dengan influencer dengan metode ketat dan influencer harus mengikuti petunjuk secara terperinci.

Titik balik mereka terjadi pada 2016 saat bekerja sama dengan YouTuber bernama David Dobrik. Bersama Dobrik SeatGeek menyerahkan seluruh materi iklan dan kebijakan kreatif kepada sang YouTuber. Efeknya pun positif, mereka bekerja sama dalam lebih dari 20 campaign. Video campaign pun mendapat lebih dari 150 juta penayangan.

Kesimpulan

Bagaimana prediksi kalian? Sekarang ini industri influencer marketing sedang berada pada kondisi ‘kacau’ karena ada banyak perusahaan baru yang muncul. Namun ada hal yang tidak bisa dihindari, secara bertahap industri akan memaksimalkan value positif untuk followers dan influencer.

Industri memang berubah dengan cepat, meski demikian mari kita lakukan influencer marketing dengan memperhitungkan tren saat ini.











Jesse Bouman

Co-Founder and CEO, Slice Group.

Previous
Previous

Menggaet Perhatian Gen Z Melalui Influencer Marketing

Next
Next

Panduan Lengkap Influencer Marketing di Instagram